
Ramadan tiba… Ramadan tiba… Ramadan tiba… Marhaban yaa Ramadan , Marhaban yaa Ramadan, Marhaban yaa Ramadan, Marhaban yaa Ramadan
Lirik musik religi islami di atas tentu sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Menjelang Ramadan atau saat bulan Ramadan, musik religi islami menjadi sesuatu yang sangat mudah ditemukan. Hampir di setiap tempat memperdengarkan musik religi islami. Namun, apa yang terjadi setelah Ramadan pergi meninggalkan kita? Biasanya, musik religi islami pun ikut pergi meninggalkan kita. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah musik religi islami hanya untuk diperdengarkan di bulan Ramadan saja? Atau, hanya bisa kita nikmati di hari-hari besar Islam saja?
Grup Musik Religi Islami Musiman Hanya Muncul di Bulan Ramadan

Realitas yang terjadi dewasa ini adalah musik religi islami menjadi musik musiman yang hanya dapat dinikmati pada saat-saat tertentu. Di akhir tahun ’90-an, musik religi islami atau nasyid mulai marak di jagat hiburan Indonesia. Nasyid saat itu menjadi sarana dakwah melalui musik. Banyak rohis di sekolah yang menjadikan nasyid sebagai daya tarik mereka kepada objek dakwah atau adik-adik kelas yang ingin direkrut menjadi anggota. Tidak hanya nasyid, banyak pula artis yang hijrah untuk mencoba peruntungan di jagat hiburan musik religi islami. Namun, belakangan ini, grup nasyid sudah tidak semarak dulu dan lagu-lagu yang dibawakan artis berhijab pun tidak selalu musik religi islami.
Terlepas dari perbedaan pendapat terhadap hukum mendengarkan musik dalam pandangan Islam, musik religi islami merupakan salah satu produk yang bisa kita gunakan sebagai sarana dakwah kepada masyarakat untuk menyampaikan nilai-nilai Islam. Kita semua tentu juga mengetahui bahwa acara hiburan di televisi yang ditayangkan dari pagi hingga malam berupa musik-musik yang jauh dari nilai-nilai Islam, bahkan kontes musik menjadi acara dengan rating yang bagus sehingga durasi acaranya pun juga diperpanjang. Lalu, apa yang bisa kita lakukan agar musik religi islami juga bisa memiliki rating acara yang bagus atau minimal bisa kita dengar di tempat umum di luar bulan Ramadan? Ada dua langkah dasar yang bisa kita lakukan agar musik religi islami dapat dicintai oleh masyarakat luas.
1. Mengenalkan Musik Religi Islami (Nasyid) di dalam Keluarga

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat pergi takziah ke rumah salah satu sahabat dan saya pun diajak pulang bersama oleh teman sahabat saya. Singkat cerita, saya pun mendapat teman baru. Ia adalah seorang ibu rumah tangga dengan satu anak yang masih balita. Selain menjadi ibu rumah tanga, ia juga aktif dalam bisnis MLM yang menggunakan kekuatan pemasaran melalui social media. Saat di dalam mobil, anak balitanya mulai rewel dan oleh si ibu, sang anak pun diberikan kepada pengasuhnya karena si ibu tengah sibuk dengan gadget-nya untuk urusan bisnis. Hal ini membuat saya miris. Namun, karena saya baru mengenalnya dan hanya sebagai orang yang menumpang di mobilnya, saya pun hanya bisa terdiam. Selain itu, ada hal yang lebih mengagetkan dan lebih miris, yaitu sang pengasuh memperlihatkan video lagu dangdut. Menurut saya, lagu yang diperdengarkan tersebut tidaklah pantas menjadi konsumsi anak balita. Balita yang belum genap dua tahun ini pun mulai menikmati lagu berjudul Sakitnya Tuh di Sini sambil menunjukkan dadanya, mengikuti gerakan yang ada di video tersebut.
Melihat kasus tersebut, saya ingin mengajak Abi dan Ummi untuk mulai mengenalkan musik religi islami di dalam keluarga. Abi dan Ummi bisa mulai mengajarkan huruf-huruf hijaiah dengan lagu dan mungkin anak pun bisa lebih mudah menghafalnya. Selain itu, sebaiknya kita lebih sering mendengarkan musik religi di rumah atau di mobil dibandingkan mendengarkan musik-musik konvensional yang tidak memiliki pesan atau nilai-nilai Islam. Dengan aktifnya kita mengenalkan musik-musik religi islami, diharapkan dapat meningkatkan minat anak terhadap musik religi islami. Anak pun dapat menjadi agen dakwah musik religi islami ke teman-teman bermainnya. Mereka bisa menampilkan kelucuan tingkah polahnya menyanyikan lagu-lagu bernuansa nilai-nilai islami. Ini lebih baik daripada mereka menyanyikan lagu-lagu dewasa yang berisikan kegalauan hubungan percintaan lawan jenis yang sudah jelas bukan konsumsi anak-anak. Selain mendengarkan musik islami, kita pun tetap harus mengenalkan dan mendekatkan anak-anak kepada Alquran karena ini yang terpenting.
2. Mengenalkan Musik Religi Islami (Nasyid) kepada Masyarakat

Setelah mengenalkan musik religi islami di lingkungan keluarga, kita juga harus mulai mengenalkan musik ini kepada masyarakat. Hal ini bisa kita mulai dari kerabat terdekat. Ini karena musik religi islami merupakan salah satu produk hiburan yang bisa membangun brand awareness atau kesadaran di masyarakat. Ketika masyarakat mulai sadar terdahap musik ini dan mulai menikmatinya, dengan sendirinya permintaan terhadap musik religi islami akan meningkat. Ketika permintaan masyarakat terhadap musik religi islami ini meningkat, tentu hukum supply demand juga akan berlaku sehingga produksi musik religi islami pun akan meningkat sesuai dengan permintaan.
Mungkin kita bukan artis yang bisa bernyanyi dengan hebat atau pencipta lagu yang bisa membuat lagu nan indah, melainkan kita bisa menjadi konsumen yang cerdas. Kita masih bisa menjadi duta musik religi islami di lingkungan kita sendiri. Kita masih bisa menjadi marketer-marketer dakwah melalui musik islami. Hal yang sangat mungkin kita lakukan adalah mengenalkan musik religi islami ini melalui sosial media yang kita miliki. Kita bisa share musik religi islami terbaru atau ke grup-grup social media yang kita ikuti atau cukup share link videonya di akun social media kita.
Setelah kita aktif menge-share musik-musik religi islami melalui social media yang kita miliki, kita juga mulai aktif mendengarkan musik tersebut di tempat-tempat umum, misalnya mengganti ringtone handphone kita dengan musik religi islami. Suasana islami melalui musik-musik yang diperdengarkan bisa kita bangun di lingkungan masyarakat sehingga kita tak perlu lagi menunggu bulan Ramadan untuk sering mendengar musik religi islami di tempat-tempat umum.
Dua langkah dasar di atas diharapkan dapat menjadi ladang pahala kita sebagai agen dakwah dalam membentuk lingkungan islami melalui musik yang didengarkan. Semakin banyak yang mendengarkan dan semakin banyak yang mencintai musik religi islami diharapkan ke depannya para pelaku bisnis musik bisa membuat apresiasi kepada masyarakat dengan membuat acara musik religi yang tidak hanya diselenggarakan di bulan Ramadhan saja, tetapi di sebelas bulan lainnya. Kita pun tak perlu khawatir anak-anak balita akan lebih sering mendengar lagu-lagu konvensional yang jauh dari nilai Islam.
Baca juga: 5 Tahap Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak