
Setelah umat muslim selesai melaksanakan ibadah puasa Ramadan, umat muslim siap untuk menyongsong Hari Raya Idul Fitri. Hari yang menandakan telah selesainya Ramadan. Pada hari itu juga diharamkan berpuasa oleh Allah Swt. Sungguh, hari yang sangat istimewa yang diberikan untuk umat muslim sekalian.
Pada Hari Raya Idul Fitri juga identik dengan takbiran. Takbiran dilakukan setelah terbenamnya matahari di penghujung bulan Ramadan. Sehingga, malam hari raya juga ramai dengan takbir yang menggema di seluruh dunia. Kenapa dengan takbir? Jika kita melihat dari sisi yang lain kenapa Allah memerintahkan takbir kepada seluruh umat muslim juga berarti takbir merupakan ritus yang bermakna simbolik sebagai ungkapan kenikmatan-kenikmatan yang ia berikan sekaligus sebagai ungkapan mengagungkan nama-Nya atas kemurahan-kemurahan-Nya. Lalu apa yang dilakukan pada malam takbiran ini? Simak tulisan berikut.
Hendaknya Menghidupkan Malam Hari Raya Khususnya dengan Bertakbir

Pada malam takbiran, hendaknya ikut bergembira dengan mengumandangkan gema takbir sebagai tanda berakhirnya bulan Ramadan. Memang malam takbiran identik dengan takbiran. Takbir di sini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas kemudahan yang Dia berikan dalam menjalankan puasa umat Muhammad. Selain itu, takbiran memiliki keutamaan sebagai pembebasan dari api neraka, ampunan, sekaligus harapan ibadah yang diterima di sisi-Nya. Oleh karena itu, atas nikmat-nikmat itu umat muslim diperintahkan untuk bertakbir sebagai sarana berdzikir dan upaya lebih mendekatkan diri kepada Allah.
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“… dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur,” (Q.S. al-Baqarah: 185).
Memperbanyak membaca takbir pada malam Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha merupakan ibadah sunah. Disunahkan membaca takbir dengan suara keras sehingga bisa didengarkan oleh orang lain, dimulai dari terbenamnya matahari pada malam hari raya sampai imam mengangkat takbiratul ihram salat ‘id, seperti pendapat Imam Syafi’i dalam kitabnya al-‘Um.
“Aku senang (maksudnya adalah sunah) orang-orang pada bertakbir secara bersama dan sendiri-sendiri, baik di masjid, pasar, rumah, saat bepergian atau mukim dan setiap keadaan dan di manapun mereka berada agar mereka menampakkan (syi’ar) takbir.”
Selain takbir hendaknya pada malam takbiran diisi dengan beribadah kepada Allah seperti salat malam, membaca Alquran maupun muhasabah (koreksi diri). Meskipun hadis-hadis tentang menghidupkan malam hari raya dha’if, tetapi tak mengurangi keistimewaan hari raya itu sendiri. Oleh karena itu pergunakan waktu di malam takbiran sebaik mungkin.
Berjamaah Salat Subuh dan Isya
Hendaklah berjamaah pada kedua salat itu. Berdoa pada kedua malam hari raya akan dikabulkan oleh Allah Swt. sebagaimana pada malam Jumat dan waktu-waktu mustajab lainnya. Selain itu, hendaknya pada malam takbiran hendaknya tidak usah melakukan takbir keliling dengan berkonvoi di jalanan karena dapat menggangu ketertiban umum. Apalagi mudharatnya yang besar karena dapat terjadi kecelakaan mengingat pada waktu-waktu itu jalanan sedang ramai-raminya. Takbiran hendaknya lebih baik dilakukan di masjid-masjid saja. Selain dapat bertakbir dengan khusuk juga dapat diisi dengan kegiatan lain, misalnya menyiapkan segala keperluan untuk salat ‘id keesokan harinya. Selain itu, disunahkan juga salat berjamaah salat isya dan subuh karena keutamaan yang baik pula.
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا الْمُغِيرَةُ بْنُ سَلَمَةَ الْمَخْزُومِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ وَهُوَ ابْنُ زِيَادٍ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي عَمْرَةَ قَالَ دَخَلَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ الْمَسْجِدَ بَعْدَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ فَقَعَدَ وَحْدَهُ فَقَعَدْتُ إِلَيْهِ : فَقَالَ يَا ابْنَ أَخِي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami al-Mughirah bin Salamah al-Makhzumi telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid yaitu Ibnu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Usman bin Hakim telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Abu ‘Amrah katanya; Usman bin Affan memasuki masjid setelah salat maghrib, ia lalu duduk seorang diri maka aku pun duduk menyertainya. Katanya, “Wahai keponakanku, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa salat isya` berjama’ah, seolah-olah ia salat malam selama separuh malam, dan barangsiapa salat subuh berjamaah, seolah-olah ia telah salat seluruh malamnya,” (H.R. Muslim – 1049).
Mempersiapkan Pakaian dan Sedekah
Satu hal lagi yang tidak boleh dilupkan pada malam takbiran, yaitu menyiapkan pakaian yang dipakai keesokan harinya. Usahakan pakaian yang paling bagus untuk dipakai pada hari raya, tidak usah baru. Jangan lupa sediakan sedekah terbaik. Sebab, baik mengenakan pakaian yang paling bagus dan sedekah merupakan kesunahan pada hari raya. Selain itu, pada malam takbiran disiapkan pula zakat fitrah karena waktu-waktu sebelum salat ‘Id itu sangat dianjurkan untuk diserahkan. Hal itu disandarkan dari hadis Nabi yang menyuruh meminjam pakaian jika memang tidak memiliki pakaian ketika akan menjalankan salat ‘Id.
Demikianlah, hal-hal yang perlu dikerjakan pada malam takbiran. Semoga dapat bermanfaat bagi Abi dan Ummi dalam menyongsong malam takbiran nantinya. Wallahualam bisawab.
Hot News:
Inilah yang Sering Ummi Lakukan di Malam Takbiran
Di Malam Takbiran Ananda Melakukan Apa Ya?
Inilah yang Sering Abi Lakukan di Malam Takbiran
Bagaimanakah Kalimat Takbiran yang Bisa Kita Kumandangkan?
7 Tradisi Lebaran di Indonesia yang Tidak Ada di Negara Lain (Part 1)